tadi saya tampar wajah hancur jiwa saya,
dan menengkingnya untuk pergi mati,
puasnya rasa tak terlukis kejam saya,
terlega setiap roma yang sekian mati.
jiwa saya terpana lalu merenung saya,
apa benar kau mahu aku ranap dan mati,
ketap bibir ini membantu sekali lembut saya,
janganlah terpancar bohong tadi suruh mati.
penat menangis, ranap bersayu itu saya,
alangkah melangit bahagia yang tak mati,
tapi apalah makna andai semua rasa saya
sekadar sentosa dimain-main rasa mati?
jiwa saya memandang tembus mata saya,
tentu, pasti, boleh saja saya setuju mati,
tapi dengar sini, dengar butir bahasa saya,
andai jadi mintamu, bukan saya seorang mati.
No comments:
Post a Comment