sendiri kecuali

disebat birat di likat pekat malam dakwat,
dan tetap, pekik lolong meraung menggaung semata,
dengan tiada telinga menangkap serap menghinggap deria.

dia sendiri.

digelegak ke kerak kepala ke hilang serak suara,
dan tetap, jerit rayu sayu mendayunya ditelan dunia,
dengan tiada mata menoleh memboleh simpati rasa.

dia sendiri.

hilang gemilang terbilang dahulu megahnya,
kerna di situ, di bawah itu bersatu dengan batu,
dengan tiada telinga dan mata memberi bantu.

dia sendiri.

sendiri,
kecuali dengan tuhannya.

sebentar

sebentar.
aku sedang memenuhkan gelas di tanganmu
dengan secamca lagi air jiwa ini
supaya dapat kau gemerincingkan ketika kalian
mengucap selamat cinta di teduhan bahagia
di terlaganya gelas-gelas itu nanti.

sebentar.
sedikit saja lagi perlu aku perahkan untukmu
dan pasti habis juga setiap mimpi
yang pernah kita lorekkan di tinggi awan
nan dahulu meredup keji dusta dunia
yang rupanya sememangnya kau sendiri.

sebentar.
bila penuh gelas ini dengan peluh nyawaku
mulakanlah doa dikekal al-rabbi
usah dirisau campingku di tulang rawan
di sini teratur manusia menanti saya
percayalah, aku tidak mungkin mati.

sebentar.
bertahun telah aku sebentarkan sabar.
sekarang aku bilang,
sebentar.

imaginasikan kamu sedang bikin toast untuk kekasih lama kamu dengan kekasih barunya. pedih.

aku ada tongkat sakti

aku ada tongkat sakti,
diberi ikhlas sang dewi,
tapi cuma ada satu
hajat dikenan untuk aku.

aku ada tongkat sakti,
semua mau tumpang turi,
diceceh kisah sedih belaka,
hidup siksa rasa neraka.

aku ada tongkat sakti,
siapa harus aku membagi?
kalau ranapnya sama,
siapa layak siapa agaknya?

aku ada tongkat sakti,
maka harus berhati-hati,
ku ukur siapa sahabat aku,
ku timbang juga seteru-seteru.

aku ada tongkat sakti,
hendak adil, serasa mati,
diunjuk si polan, si dia sayu
dihulur si dia, si polan rayu.

aku ada tongkat sakti,
ku buatkan hajat diri sendiri,
"berikan bahagia semua jelata,
biar sentosa, biar saksama"

aku ada tongkat sakti,
namun mungkin tiada sakti,
kerana yang jadi tetap tiada,
masih yang sama, masih yang sama.

"aku ada tongkat sakti...
apakah aku ditipu sang pari?"
dia muncul dan memancar jelas
menghalus bahasa, memberi balas.

"ku beri engkau tongkat sakti,
kau minta itu, ku telah beri,
bahagia itu pada setiap pagi,
yang tidak tuhan biar kau mati"

nota kaki:
tumpang turi = menumpang tuah

kalaulah

kalaulah
ada perkataan yang lebih cantik dari indah
mau aku pinjam dan tampalkan di wajah.

kalaulah
dapat aku kisahkan dari hati yang bahagia
rasa penuh, rasa sempurna dengan adanya mereka

kalaulah
bisa difaham bahasa mata yang sedang berbual
akan aku sekadar senyum, melambai selamat tinggal

the hoppers & ahli muzik