Saturday, December 26, 2009
kalau pun pasti
takkan nadimu sekadar berengsel besi;
pasti ada
walau sedikit mana--
sesuatu yang meraksa tubuh kukuhmu.
kalau pun hakikatmu teradun sempurna
takkan jantungmu tak cemar dek duri;
pasti ada
walau sedikit mana--
sesuatu yang memaksa jatuh tegakmu.
kasilah bagilah seembun jadilah
aku sunyi mengesak seorang.
Tuesday, December 15, 2009
sampai tua
kesatkanlah airmata
ku dah tiba
kasih
percayalah aku kan ada
sampai tua
ini sumpahku padamu
usah kau patah dan layu
garing siang malam beku
pasakku teguh untukmu
mungkin taufan akan surut
tetap datang petir ribut
setiapnya aku sambut
untukmu takkan ku takut
kasih
biarkanlah apa saja
takdir kita
kasih
pegangkanlah jariku lama
sampai tua
ini sumpahku padamu
usah kau patah dan layu
garing siang malam beku
pasakku teguh untukmu
mungkin taufan akan surut
tetap datang petir ribut
setiapnya aku sambut
untukmu takkan ku takut
dan malam takkan berhenti menghirup nyawamu kasih
dan siang akan berterus meratahmu sampai bersih
aman saja aku ada
dihirupratah pun tetap berpimpinan berdua
sampai tua
aku ada
sampai tua
takkan ku takut
hazrilfitri arjuna jiwa aku, semoga aku hidup dengan sumpah ini dalam jantung aku. biar apa saja datang hari ini, berhabis besoknya, tetap aku ada, untuk sesuatu yang akan datang hari depan2nya. selagi diizin tuhan, semoga ke tua cinta ini.
lagu ada di sisip tepi. (mungkin tidak lama, kerana masih belum siap)
Monday, November 16, 2009
jenguk jengah intai lihat
sekala sekali di bila-bila yang disudi.
minta dijengahkan tanpa benci
sekala sekali di masa-masa yang dibagi.
minta diintaikan apakala sempat
sekala sekali di detik-detik yang dapat.
minta dilihatkan aku yang memayat
sekala sekali di waktu-waktu yang geliat.
takut-takut sudah membusuk bangkai aku
tak terperasan dek mata kamu
yang disibuk cahaya baru.
bila di masa yang dijengukjengahkan;
semoga ia adalah pada datangnya gelap malam rawan.
kerna detik di waktu itu janganlah diintailihatkan
bersuluh suriamu menjelas pandangan.
cukup-cukuplah seluruh alam menzikirpuji dia
mengkebumi aku sebelum mati.
Friday, October 30, 2009
no more
living in a paper house
but oh she’s happy in her world
dancing with her torn up blouse
there was once a little boy
who had the stars as his own roof
and oh he’s one with all the joy
he never cared to fix his goof
twirl, baby, twirl
fly, baby, high
go on, soar
once more
somehow they found each other’s hand
never did they let them go
silent songs filled up the land
with melodies only they know
somehow the jealous wind went mad
and stirred a storm between those two
they lost the only thing they had
without the chance to bid adieu
twirl, baby, twirl
fly, baby, high
like before
once more
isn’t it cruel?
isn’t it cruel?
isn’t it cruel?
isn’t it cruel?
they are happy no more
they know joy no more
they can dance no more
they will sing no more
no more
no more
no more
no more
cause they've no joy afterall.
kau tidak mungkin tahu betapa bolongnya engkau selagi kau belum rasa penuh. dengarkan rintih sunyi. lagu ada di sisi kiri ini.
Tuesday, October 06, 2009
titah suruh
tertitah untuk berkelana
perintah sampai selamanya.
diperosok, dipaksakan dan diperhenyak;
tersuruh untuk menerima
menjauh sampai bila-bila.
titahlah suruhlah
seling sekali cambuk duri berbisa jengking
titahlah suruhlah
bubuh sekali kapak karat yang lapar daging
tercerai jasad cuma
bukan ruhnya.
bukan ruhnya.
Thursday, September 10, 2009
purnama tak berbaki
mata jangan menangis;
biar pagi datang.
mereka yang terawang
ada tak berbayang;
biar dia pergi.
sepurnama tak berbaki
kembali ke kamar sepi;
biar tuhan jaga.
untuk yang rindu dia
di sini menunggu kita;
biar satu hari.
biar pagi datang
biar dia pergi
biar tuhan jaga
biar satu hari
tempoh ini balik ke tangan
bermereka berpimpinan
demi pelukan kabus-kabus
demi indah mengongsi hembus.
aku ada sebab sendiri kenapa ada sedikit aku yang benci pagi raya.
mak akan dipanggil pulang semula. untuk setahun lama.
cepatlah ramadhan, pulang pada genggam aku.
aku rindu dia.
Wednesday, September 09, 2009
rapat
aku renung padanya tajam sambil menghirup nafas sedalam2.
aku hitung satu sehingga tiga.
kaki sudah benam di tanah peroi.
kepal sudah keras di tepi belikat.
gigit sudah ketap di pangkal lidah.
rapat.
sini rapat.
sedia. dugaan takkan berhenti ketuk pintu engkau.
Saturday, August 29, 2009
biar jiwa
lamakah lagi kita sepi?
kau bikinku renung sinar mentari
lamakah lagi kita begini?
alangkan bulan terang
hilang nyawa tanpa bintang
apalagi aku
alangkan bunga kembang
pudar warna tanpa siang
bayangkan aku
berkaliku mintakan dari dulu
usah kau tunggu ucap itu
berkaliku bisikkan pada kamu
usah kau buntu aku milikmu
alangkan bulan terang
hilang nyawa tanpa bintang
apalagi aku
alangkan bunga kembang
pudar warna tanpa siang
bayangkan aku
perlukah aku menyebut setiapnya
yang indahku tidak akan ada makna
bila kau sembunyi dan bermain lari-lari
separuh aku sudah pun mati
tak mampukah kau percaya
haruskah ku hebahkannya pada dengki dunia?
tidak bisakah kita sekadar pejam mata
biar jiwa bersuara
biar
biar
biar jiwa
bersuara
not everyone are blessed with the ability to express. so why wont we just let everything but the lips speak up? and oh. song's at the side bar.
Friday, August 28, 2009
kemudian
mintakan darinya apologi yang terpaling
dan senyumkan segala hamun yang diasak
perlu apa dihujah;
kau memang bajingan.
Tuesday, August 25, 2009
di
seperti kiraan guru tari bharatnayam yang terpejam-pejam
di degup bunyi yang dihingar pantas-pantas
aku sesak nafas.
kerana di antara cello yang dipanah pendek-pendek
seperti kiraan guru tari bharatnayam yang terpejam-pejam
di degup bunyi yang dihingar pantas-pantas
ada kau melintas.
Wednesday, August 12, 2009
kalau cuma
terbang terus ke langit
bersamanya
sambil menjerit
padanya:
engkau cukup tidak, sayang;
kalau
cuma yang ada
cuma kita dua?
Friday, August 07, 2009
demi
demi siang yang mungkin tidak sempat sampai,
sudah-sudahlah.
Friday, July 10, 2009
Sunday, July 05, 2009
apa manusia
bila yang tertunggu cuma memuntah
bila yang termangu hanyalah masalah
isi perut
isi mulut
membusut
bagai nanah, ia sekadar menunggu hari
bagai bisul, ia sentiasa dibencigeli.
---
untuk saat-saat itu
yang terludahkan
yang termuntahkan
yang tertunggukan
untuk saat-saat itu
yang dikenang dan dirindu
yang dijulang dan diseteru
akan suatu masa dahulu
pernah aku seorang manusia
yang sememangnya manusia
harus ditahu
seindahciptanya kita
terbancuh hanyir pada dalamnya.
no one is THAT blessed for perfection. love all your pain today. you'd be surprised how beautiful you'd turn out in the future. insyaAllah.
Wednesday, June 24, 2009
ilmu nombor
ke arah selatan
selepas empat puluh enam langkah
kau hayunkan
sejak orakan pertama kau ambil tadi.
satu ratus lapan puluh dua hentak
jantung dipaksa
melebihi jumlah sepatutnya hentak
kiraan biasa
sejak kosa terakhir kau ucap tadi.
sebelas juta empat ratus tiga puluh empat ribu
tujuh ratus enam puluh lima saat sudah berlalu
tapi daya belum ada untuk aku langkah sekali
hentak belum mampu untuk aku suruh berhenti.
sial.
kalaulah tidak aku cerdik ilmu nombor,
pasti tidak secair ini aku lebur.
Sunday, June 21, 2009
then she
like the thousand nights before
though she knows she's in too deep
she is strong for millions more
then she sings a melody
of her heartbreaks and burning thorns
and she hums them truthfully
there the silence heard her mourns
is there anyone out there?
would you lie to her you care?
oh cruel, cruel nights
she thinks you are her only friend
don't you give ways for the lights
she found comfort in your hand
then she smiles to greet her dreams
if only life would be as kind
with bunny rains and milky streams
cherry kisses and chocolate buns
then she prays to never wake up
cause her shivers wont stop the dawn
she fills her tears in a cup
and drinks them all while she mourns
is there anyone out there?
would you lie to me you care?
sesuatu yang aku bikin, tentang kesunyian malam. untuk mendengarnya, sila tekan butang play di tingkap sisi tangan kiri kamu.
Friday, June 19, 2009
benci
bencinya setiap kali kau mendapat --
walau sekadar senyuman, aku benci
apatah lagi bila kau tidak reti--
menyimpan walau senyuman
kalau ku dapatkan
akan aku simpan di dalam kotak kecil
dan kotak itu akan aku tanamkan
bencinya melihat
melihat kau--
dipuja dia
dirangkul si dia
dipegang si dia
dimanja si dia
dibelai si dia
dipuji dipuja
dimanja segala
benci
sepatutnya setiap inci kulit itu kau bau dan kau simpan ke mana-mana pergimu
bencinya melihat kamu dikasih disayang
bencinya aku melihat kamu kerana aku mau dipegang
sebegitu indahnya sebegitu rasanya
sebegitu mencinta sebegitu rasanya
***
hey manusia, lihatkan aku lihat depang ini terbuka
aku sudi mengambilmu walau di celah mana-mana
aku mau dilihat sebagaimana kau melihat
aku ingin dipegang sebagaimana kau memegang
aku ingin dicinta
milik saya
milik saya
milik saya
benci
benci
benci
aku curi kisah seorang audien siang itu ketika di 3 venus. ditulis rahsianya dalam nota kecil, tanpa nama: "aku mencintai kekasih teman aku sendiri. dan dia sangat dekat, sekarang ini". dem. aku suka. untuk video, ke sini.
puisi ini terbahagi pada tiga bahagian. pertama: dialamatkan untuk si-bertuah-mendapat-manusia-yang-kita-puja. kedua: dialamatkan untuk manusia-yang-kita-puja. ketiga: dialamatkan untuk diri sendiri. *senyum*
Thursday, June 18, 2009
cerita anak kecil dalam jamban
seorang gadis yang masa itu masih kecil dan perawan
pejamkan mata dan bayangkan saja situasinya berada
di dalam suatu tempat kecil
terpuruk
yang kau namakan jamban
aku tidak tahu tentang kamu-kamu
aku tidak tahu apa cerita kamu
tapi ini cerita aku, maka dengarkan
ambil mata kamu dan paku
dengar cerita aku disuatu masa
ketika dahulu di suatu masa
mengangis sendiri di suatu masa
tentang diri sendiri di suatu masa
aku dibesarkan dimanja, disayang
aku dibesarkan dengan segala rasa
aku dibesarkan dengan penuh cinta
aku dibesarkan biasa saja
ayahbonda, kenapa bohong?
kenapa engkau hendak bohong?
dulu dikata akulah raja puteri jelita
sekalian rakyat jelata akan mencemburui jiwa aku
tapi ayahbonda,
dunia tidak mahukan jiwa aku!
yang dihendakkan cuma
wajah dan rupa saja
wahai ayahbonda,
kenapa engkau bohong saya?
aku dibesarkan sebagai seorang gadis
yang gemuk, pendek, busuk, tak cerdik
aku dikatakan orang
"hey babi,
kenapa engkau sangat jelik?"
wahai ayahbonda, kenapa dibohong?
aku ini bukan di sini
tempat aku tak sepatutnya dibiarkan di luar pergi
aku patut disimpan di suatu tempat
di mana cuma ada ayah ibu
di mana mereka 'kan sayang aku
untuk siapa aku
untuk siapa aku
bila aku keluar, aku dikeji
bia aku di luar, aku dimaki
kerana yang dimahukan cuma wajah rupa seri
ayahbonda,
kenapa bohong saya?
ayahbonda,
kenapa tak cerita?
dunia tempat kejam
dunia macam-macam
depa tak suka saya
depa tak cinta saya
kenapa ayah?
kenapa bonda?
tak dikhabarkan tentang mereka-mereka
yang tak sukakan siapa saya
yang hendak dari dulu menjadi saya
mereka semua hendak saya
jadi cantik, badan jelita
tapi itu memang bukan saya
bukan saya
bukan saya
maka apakah aku harus pergi
duduk di rumah dan terus mati?
apakah aku tinggal di sini
tak akan pergi?
tak akan pergi?
dunia tempat kejam
dunia macam-macam
tapi jangan sedar dengarkan semua kata mereka
dunia memang kejam
dunia macam-macam
tapi janganlah engkau percaya kata mereka
biar kita begini saja;
buruk, gemuk,
besar, cantik.
biar saja diri kita;
cantik, molek,
hodoh, jelik.
siapa kita, itu kita
cinta saja jiwa kita
kalau mereka tak suka, pergi mampus!
tak apa.
tak apa
tak suka
tak apa
ini sisa-sisa rasa
rasa jiwa yang luka
kalau jamban boleh bercakap, aku rasa, banyak rahsia kita akan dibongkar. cermin jamban banyak berjasa pada aku. mungkin tidak pada orang lain. aku tidak tahu. dengar puisi ini di sini.
Wednesday, June 17, 2009
over
is there anything you wish to see?
a joke? a laugh? a smile? a cry?
a scream? a song? a lullaby?
see i know we are not who we were
i live in denial, remember?
so please don't ask me to open my eyes
don't wanna wake up and realize--
the honeymoon's over
that i should better
be mature.
i'm sorry i do not know what to say
do understand i'm breaking, but hey
when you tell me that you are leaving
don't think i did not see it coming
see, of course i saw we no longer
having stuff we enjoy together
but can we play along our part
and not parade this change of heart?
are you really sure
that we off better
and over?
what more can i say when you wish to leave today
i wont break down now and burst
but --
would you like to have one last breakfast?
jgn risau. ini cuma lagu yang saya bikin dengan ukulele hadiah dari suami saya.
:)
Thursday, May 21, 2009
minta sesaat lagi
kerana seluruh nafas
selama hidup
telah tertumpah dan terbazir.
minta sesaat lagi,
supaya sempat
aku redhakan
satu persatu getir.
minta sesaat lagi,
untuk aku maknakan
sia-sia nyawaku
dahulu.
minta sesaat lagi,
kau perlu tahu
milik siapa sebenarnya
hati aku.
i wrote this last year, with an imagination of a couple living in denial coming clean
Tuesday, May 19, 2009
amuk gadis kerasukan
dia bertangkis sama subuh yang paling menghambur,
dia nekad.
dia berebut sama siang yang paling terik dan mengancam,
dia berpengkes sama setiaphari-setiaphari yang paling menghancur,
dia nekad.
harimau, naga dan rajawali pun tidak mampu menggodak tekadnya.
dia mahu merempuh gunung batu dan menapak di muka air laut beracun.
dia hendak menempik pada bongkas ais yang sedang bersedia untuk jatuh ke tulang rusuknya.
ini amuk yang menakutkan, wahai tuan-tuan, sepanjang kurun.
sehinggalah dilayangkan sebutir itu yang seperti bayu bening
pantas ke pipinya yang begitu mulus tapi tidak kering dek air mata.
ah.
betapa dia benci di setiap terletaknya bibir si lelaki itu di permukaan antara hujung mata dan bibirnya,
semuanya kembali menjadi sentosa.
celaka.
Tuesday, May 12, 2009
selamat hari ibu.
harum membersin ditertumisnya rencah lada kering
telah lama mati sekali dengan terkatupnya dapur.
aku tersedar untuk kali ke lapan ribu,
bunda sudah lama berumah di kubur.
Saturday, May 09, 2009
maaf lagi dan lagi
punya hati lagi.
maaf,
memang aku memang lagi
punya pacar gelap lagi.
terjumpa puisi lama dalam draft.
Thursday, May 07, 2009
semboyan
lagu ini adalah untuk kita dengarkan dan ambil perhatian
lagu ini untuk kita bangkitkan
lagu ini untuk kita jeritkan
lagu ini aku hendak panggilkan suatu semboyan
untuk sesiapa yang pernah hidup merasa ditekan, merasa dikambus
untuk sesiapa yang pernah mati bukan sekali berkali-kali
wahai kawan-kawan,
wahai pakcik-pakcik,
wahai makcik-makcik,
wahai tuan-tuan;
pernahkah kamu merasakan apa di dalam hati yang kau tekankan?
berapa ramai manusia ada di keliling kamu membeda-beda?
"siapa yang itu?"
"siapa yang ini?"
"siapa yang sana?"
"siapa di sini?"
kau rasakan begitu marah
kau rasakan sudah tak gagah
kau rasakan sangat sedih
kau rasakan sangat pedih
buka langkah jalan megahkadang-kadang kita rasakan
jangan gentar halilintar
buka langkah jalan megah
jangan takut awan ribut
buka mata buka telinga
dengar saja suara kita
semua yang telah kita lakukan
sudah terlalu sempurna --
tapi kenapa saja
mengapa saja
selalu salah di mata mereka?
kita katakan kita mahu ini
kita katakan kita mahu itu
tapi aku hendak tanya kenapa cuma di dalam hati kamu?
wahai semua, bangkit sekarang!
sampai bila hendak kalah di perang?
bila-bila akan mati
tapi adakah hari ini?
buka langkah jalan megah
jangan gentar halilintar
buka langkah jalan megah
jangan takut awan ribut
buka langkah jalan megah
jangan gentar halilintar
buka langkah jalan megah
jangan takut awan ribut
buka mata dan telinga
jangan takut pada semua
buka langkah jalan megah
jangan takut awan ribut
puisi ini adalah untuk kita2 yang pengecut untuk menjadi apa yang kita mahu jadi. lagu ini adalah hasil kimia saya, tri, syafiq dan wani ardy yang tidak tidur sepanjang malam melayan denting ini. karya ini benar2 karib dengan kami. untuk video, klik sini.
Wednesday, May 06, 2009
telah juga sudah selesai
ini hati engkau yang semalam kau pesan
untuk aku perhati hati-hati dan jaga-jaga;
dan itu, telah aku lakukan.
hey kekasih, mari sini rapat sedikit pada aku
ini masih berdarah, katamu, baru dikeluarkan
untuk aku pertonton tiap saat peliharakan itu;
dan itu, telah juga aku lakukan.
hey kekasih, dekat sini kerana aku ada tanya
inikah hati engkau yang masih merah 'tuk disimpan
untuk aku perhati pertonton buat selama-lama?
kerana itu, telah juga sudah aku lakukan.
hey kekasih, jawab sini dan jangan engkau kaku
ini yang kau sebut suci demiku apakah mainan
untuk aku kau olok-olok, bodoh-bodoh, batu-batu?
kerana itu, telah juga sudah selesai aku lakukan.
ini di jari aku bukan hati merah berdarah suci
cuma tembikar, bersalut getah manggis warnanya.
lihat sini, mari sini, dekat sini, jawab sini;
kerana setelah sudah selesai aku lakukan semua,
ku mahu tahu mana sebenarnya kau punya hati.
Friday, April 24, 2009
hey raju
dan sental kulitmu sampai terhakis,
kerana kau lebih bacin dari baju
yang terbiar dalam besen berbau kudis.
biar tersiat kulitmu, hey raju,
abaikan pedas air kimia menghiris,
akan padam sumpahan warnamu,
yang dicetak-sebar anjing prejudis.
selagi hitam, keling, kerinting,
tetap tak akan kau penting,
hey raju.
ini puisi penuh sarkasme untuk meluah bagaimana pun jiwa kita, wajah juga yang dipandang pertama.
Monday, April 20, 2009
a trip to pekan
when i went to town with abah and emak,
how excited i was to follow this outing,
we went to pekan, oh what a luck.
we were only orang kampung, you see,
and going out to town would be bliss,
abah said, "this is for your khatam ngaji",
he sealed his words with a long deep kiss.
i know he loved me most of all his children,
cause abah never did the same to others,
or maybe because i'm his last of seven,
or cause i'm the only girl among the brothers.
emak always tells me what abah used to do
to get a daughter long before i was born,
he followed petua and borrowed senduk sudu
from houses with many daughters, not sons.
how i laugh every time i hear this,
knowing abah did all sorts of sayings
just to have me, a little girl of his,
emak said, "you are his favourite darling".
we went by a trishaw after breakfast,
emak made banana cucur that morning,
but chores were given to my brothers first,
so when we go, they'd be busy with things.
i slept and woke from time to time,
felt so bored of the very long journey,
abah's voice sounded like wind chime,
emak stroke my hair listening attentively.
the sun on our forehead welcomed us
as we arrived at the heart of the pekan,
i was very excited, i can't believe there i was,
first time in twelve years, oh such fun!
i remember when the mat saleh were here,
people were divided by race and traits,
kampung was the place for malay culture
while chinese in towns and indians in estate.
i couldn't understand much until now,
why the separations had ever been made up,
why can't i still look for berudu with ah chow,
and trap wak-wak together behind the shrub?
i do remember crying when chow waved at me,
abah hugged chow's father, emak shed her tears too,
they are moving to the town to reunite with family
with no promises to return to kampung hulu.
abah said the mat saleh had planned for us well
and that i am too young to understand,
but i think i would, if one would tell,
so i could accept the fact of losing a friend.
the town was not like my kampung,
people were frowning at all times here,
some were standing, some just cangkung,
abah looked at me, "don't go near".
so we went walking towards the shops,
i wished to buy a scarf with big flowers,
everywhere i could see only backdrops
and walls of words pasted with posters.
'melayu sudah jatoh', 'ini cina punya tempat',
i stared at abah with puzzles and a bit of fear,
abah kept quiet and now emak played her part,
"adik, this is kerja lelaki, don't interfere".
we stopped at this one kedai kopi and sat down,
the lunch was silent until abah addressed me,
"'i'm going to the dewan there near that lawn,
you go with emak, buy a scarf for khatam ngaji".
then he went after paying for our nasi and his rokok
to the hall with long cloth spelling a gathering,
the building was filled with men with tilted songkok,
leaving me and emak for times for shopping.
most kedai were chinese and were everywhere,
i did try to smile but all i could was just grin,
why aren't they nice like chow and treat us fair,
they glared at us like we've committed sin!
emak never let my hand go for a long time,
she brought me to this small kedai kain,
and showed me scarves of green like lime,
to bright red ones, even those with sequins.
but none had captured my eyes or mind,
i was curious of what was happening,
how could ever people live here in fine,
with all puckered brow and their gawping?
i saw a school across the road and asked myself,
"could chow be studying in that yellow school?"
he was one of the finest when he went and left,
he helped my kira-kira work by che-gu abdul.
suddenly i missed chow and all our childhood,
emak was busy selecting with the shopkeeper,
so i slipped off my my hands as polite as i could,
and stand gazing memories i wish to remember.
like there were times when we played upih pinang,
when he pulled the pinang leaf strong, i fell,
or when we climbed trees to scream our lungs,
and times i got bantai, only to him i would tell.
"chow is in this pekan", i recall abah said,
"but it would be impossible to reach his family,
and by the time i'm done, it would be late,
plus i forgot to bring their address with me.
i paid emak few glimpses from time to another,
she gave me those look which asked "which one?"
the only thing right now i think i would prefer
is nothing but to tour all over this pekan.
after a while emak came with scarves she bought,
"we'll find yours in the next shop if you want"
instead i told her i want to walk along the lot,
so she clicked her tongue and expressed her grunt.
i looked down and scratched the soil with my selipar,
hope emak would feel bad and then allow me,
but she said to me, "you want abah's penampar?"
so i smiled and shook my head, i said "sorry".
two hours passed, i started to get exhauseted,
i hope emak is done buying stuff and groceries,
after all those shops, she gave no signs of getting tired,
but she permitted me to go to the stall under the trees.
"air soya satu", i asked the chinese vendor,
and there it was, the soy drink and him,
the teen of my age was still holding the order,
with me blinking my eyes to confirm the dream.
chow didn't recognize me in the first sight,
but i did, thanks to his mole under his left eyes,
'twas my best aim everytime i picked on a fight
cause he hated it, so i'd win over his cry.
but that day his mole made him attractive,
he looked much different after all these years,
i called emak out, but she was far to notice,
hence i let her be while i stayed across here.
i asked so many questions with sparks on my face,
yet he kept so low, i couldn't reach to my friend,
he chose to shut his mouth or spoke of no grace,
i was so frustrated, i passed the drink back to his hand.
when i turned my back to walk away from chow,
he shouted my name but i cared not to answer,
he came in front and said "we cant be friends now"
tears stung my eyes and heart all together.
i gave chow a sharp look with full of disgust,
"my father said malays are bad", said he as a start,
"i know your abah too said the same about us,
here, right now, everything had became so hard"
i hated him even more now that he accused abah,
chow was no longer my dear friend protecting me,
then i gawked at his face, oh i wish i could belasah,
i shouted, "you changed a lot, lee chow yee!!!"
i ran as fast as i could to emak with teary eyes,
i pulled her hands from whatever she was doing,
emak understood as she saw chow and my cries,
she followed my steps, wherever they were going.
suddenly emak asked me to stop and just settle
at a wooden bench a bit far from the dewan,
she sat down and took my hands like a throttle
while i kept chanting chow acted like setan.
"why?" i asked helplessly, questioning my mother,
"it's hal orang tua, so let us not meddle"
the answer made me frustrated and angrier,
"then why did chow made me feel like puddle?"
silence lingered for quite a while, yet it felt like heaven,
we let our hearts spoke to our minds to console,
as harsh wind kissed my face, i was saddened,
i lost a beautiful childhood friend with a mole.
"it's like abah and you", emak said abruptly,
"do you know how envious your brothers are?"
i squinted my eyes, listening to her religiously,
"cause in abah's eyes, you are his shining star"
i kept quiet and waited for more from her,
but emak kept caressing my face nonetheless,
"children would always compete one another,
fighting for attention to be the very best"
"when each other is special with his own qualities,
why bother fighting on who's winning your father"
i saw emak was very calm when she said this,
yet i dared not say anything to interrupt her.
"chinese and malays are not in good terms now"
i twisted my head to the voice from my back,
"we should not be feisty now should we ever bow,
but this this is our land, we have to protect.
we went back after abah bought me a scarf to be worn
on kenduri khatam, and i wish for peace on that day,
luckily the adat would be held on the day i was born,
on a summer in 1969, a kenduri doa on thirteenth may.
an assignment i did during my graduate studies to depict may 13th, 1969. i was 0.5 shy from perfect score. i loved the class.
Wednesday, April 15, 2009
jijik
dan aku mual melihat wajah;
aku rasa sudah mati sebelum mati.
Saturday, April 04, 2009
dialog sama lelaki comot
dia mampir kepada aku di suatu waktu di satu malam
lelaki itu sangat kusut
lelaki itu berserabut
datang ke arahku mau menceritakan sesuatu
dia jalan dengan lenggang-lenggok yang sangat kekok dan canggung
berkata, “aku sedang murung”
“kenapa hey orang lelaki yang benar busuk dan canggung,
kenapa kau bermenung?”
“aku ini sedang menangis
ingin menceritakan tentang kekasih yang mengguris”
aku tanyakan tentang gadis itu,
“hey lelaki tua yang canggung dan buruk,
apa cerita kamu?”
“bidadari itu rupanya batu–
ketika aku petik dia dari langit jingga
terindah itu dia
saat dimainkan nafasnya di minda”
apa yang terjadi pada itu bidadari?”
“si gadis itu sebenarnya bukannya sesiapa
cuba batu di tepi jalan yang bersepah merata”
“hey lelaki apa ceritanya?
khabarkan pada aku,
katanya itu bidadari?
katanya bagai tuhanmu?”
“itu semua dulu
itu semua dulu–
di kala dia bukan siapa-siapa
terindah itu dia
sebelum ku kenal jiwanya siapa”
“hey lelaki yang comot dan canggung,
dengarlah aku bersuara–
itu namanya cinta gila
tidak mungkin ada
itu semua idea saja
tidak pernah ada –
mana ada cinta yang tidak akan bertepi
kita semua manusia–
gila dan tidak ada makna–
apa kau kejar?
apa yang kau carikan?
itu semua suatu yang tidak ada–
aku juga gila
aku juga gila–
bidadari aku tidak pernah ada–
ku pernah punya;
tapi–
mana ada…”
tentang pertemuan seorang gila, berbicara sama seorang lagi yang gila, tentang cinta langit yang terlalu digembar-gemburkan ada. untuk video, klik ini.
Friday, March 27, 2009
semalam pagi
agar dapat diasing-asing anggota badan
yang sudah bercerai semalam pagi
ketika siang berwarna jingga kemerahan.
bahu lutut kuku dan belikat
tersepah-sepah dan memelanting
seperti usus jantung peparu
berberai cerai di tertiupnya seruling.
kiamat datang dulu untuk aku.
semalam pagi
ketika siang berwarna jingga kemerahan.
kiamat telah datang pada aku
semalam pagi
ketika kau pulang mendakap tuhan.
ever feel YOU are the one dead when someone else actually did?
Monday, March 23, 2009
oh nahas.
sedang merangkak-rangkak keluar
dan memucuk wujud.
oh nahas.
pasti terlihat.
Wednesday, February 25, 2009
Friday, February 20, 2009
bangkit.
pelangi bintang disembunyi dalam laci
hati jantung disusun atas pinggan
nyawa jiwa diperaga atas almari.
mimpi sudah habis.
ayam sudah kokok.
bangkit.
Tuesday, February 17, 2009
betul kebetulan
ketika kau melintas di depan jejari rambut di untai mata.
persis kebetulan ketika kau lihat aku dari semalam sentiasa ada,
tidak sengaja.
tidak sengaja.
Monday, February 16, 2009
tingkap kecil
yang sudah tidak ada seseorang mengetuk-ngetuk kacanya
pasti engkau sedang merenung lampu tidur engkau yang berdiam
dan kau tertanya-tanya "mengapa terus diam?"
pasti engkau sedang bertanya,
ke mana silap engkau?
ke mana salahnya?
pasti engkau sedang menghitung setiap khilaf engkau
yang bisa engkau pusingkan kembali
untuk mencantasnya dan menciptakan sesuatu semula
kelip-kelip,
pergikan pada dia
dan ceritakan tentang saya
tingkap kecil itu
yang memisahkan engkau dan aku
masih ingatkah engkau ketika berbaring di kamar kamu?
masih ingatkah engkau jari aku mengituk-ngituk kaca itu?
tingkap kecil,
saksikan aku mengerdil
aku ingin kembali di bawah itu
takkan ku jejakkan kaki ke tingkap itu
biarkan dia sendiri dengan kabus biru
tidak semua cinta itu
akan berakhir di dalam rangkul 'engkau dan aku'
maka tingkap kecil dudukkan kau di situ
dan bisikkan pada dia
aku tidak akan lagi berada di depan sana
mengetuk-ngetuk untuk berbicara sama dia
wahai tingkap kecil,
diam saja
meski pun airmata dia
menghulur dan menghunus jiwa saya
hai tingkap kecil, diamkan saja
kalau ditanya di mana aku wahai tingkap kecil, biarkan saja
cinta ini antara aku dan dia tidak mungkin, tidak mungkin saja
wahai tingkap kecil, diamkan
kalau ditanya, kau diamkan
kalau ditengking, engkau biarkan
kalau dipecah pun, diamkan!
tidak semua cinta itu akan menjadi nyata
tidak semua rasa di dalam hati menjadi milik beta
aku serahkan jiwa aku pada angin bayu malam itu
nyawa aku dimamah lagu yang sayu
diamkan
diamkan
diamkan
biarkan dia dengan kunang-kunang itu
biarkan dia tidur tiada aku.
pejam mata. fikir ttg seseorang yang cintanya tidak bisa kau simpulkan. dengarkan suara hati kamu, klik sini.
Tuesday, February 10, 2009
kemam
supaya tidak
mati emak dan bapak.
aku kemam rasa ini.
supaya berkerak
biar berkeladak.
luah ludah telan simpan,
sama.
ditelan mati emak, diluah mati bapak. bagaimana hendak ditimbangtara, agaknya.
Saturday, January 31, 2009
suamiku dan musiknya
seperti membiar ikan berenang cetek,
melihat lelaki itu yang tanpa musiknya,
semacam sekadar merenung helang diikat kaki,
keterbatasan memijak tekak dari bersuara.
maka bagaimana hendak aku bisikkan pada dia yang aku rindu sama bunyi-bunyinya,
yang aku laparkan gemersik suara dia menderai malam-malam seperti dulu-dulu,
aku secara bersihnya tidak tahu.
dunia sudah minum dia sampai kering.
yang aku ini terpaksa berebut-rebut untuk meneguk dia.
kasihan benar, wahai kekasih beta.
keji benar sekalian maya dan raga.
aku pujuk tuhan agar dikembali-hidupkan,
semoga dia semula elektris mempesona,
sebab dia memang ikan di laut lepas.
dermaga, air dan ombak besar adalah jiwa dia.
dunia,
jangan ratah lagi suami aku.
kasihan dia.
i realized sometimes, i talk in poetry. so this is generated from my everyday blog.
sepatah
diam.
percaya.
pejam.
anak.
bunda.
tua.
semua.
minum.
makan.
atap.
pakaian.
lebur.
hancur.
lecur.
sayur.
acu.
picu.
tegak.
tembak.
peluru.
tusuk.
bedil.
cucuk.
siat.
koyak.
kunyah.
henyak.
hisap.
sedut.
ratah.
nyonyot.
makan.
baham.
mentekedarah.
mencurah-curah.
rentap.
rogol.
perkosa.
bacol!!!
*diam*
simpati.
tangisan.
empati.
kasihan.
kita.
duduk.
diam.
peruk.
kita boleh. boleh tengok. semua rintih kasihan. tapi itulah. sekadar rasa. bukan kau. aku juga. tuhan. maaf kami ini masih tidak ada mampunya.
Monday, January 26, 2009
diam
sky will cry
the rain passes by
it's broken
it's frozen
senyum tawar
mata sasar
gelak dipaksakan
hati ini --
keras
batuan
kau angkatkan tangan
kau alamatkan pada tuhan
kau tanyakan dan tanyakan
kenapa. mengapa.
redha itu suatu perkataan
yang kau zikirkan
semata-mata untuk tenangkan hati kawan
kau katakan kau pasrah
kau katakan kau serah
tapi tuhan kenal engkau!
kau baling semua rahmat, hadiah, cinta Dia
dan kau bandingkan sama hidup kawan
kenapa. mengapa.
cuma dia.
bukan aku, hai tuhan?
murahnya bicara
apakah berharga syiling semata?
kau berikan rumah-rumah
-- ini orang syurga
-- ini orang neraka
kau katakan dengan bangga
tuhan ada di atas, di bawah, di kanan kiri
di mana-mana
siapa engkau bertanyakan aku?
ini aku sama tuhan aku.
mulut, senyumlah
mata, teranglah
lakonkan tari zapin depan kawan-kawan
jadilah siapa yang mereka mahukan
tapi di dalam hati nanti
kamu tanyakan sama tuhan:
"apa lagi yang kurang, tuhan?"
"apa lagi yang belum aku lakukan?"
jangan kau sebut nama tuhan aku
jangan kau laung tuhan aku
usah kau dengarkan semua lagu
hancur.
kalau di hati tiada ikhlasnya,
kalau di hati tiada jujurnya,
diam.
a turning point in my life, i guess.
just another phase in my life.
video here.
Wednesday, January 21, 2009
maafkan
tapi hey, takkan kau tak kenal aku?
aku ni kan perempuan gila
yang di kadangkala aku ini melepaskan semua
yang di kadangkala aku marah dan makikan segala
dan di kadangkala aku katakan perkara yang aku tidak katakan di dalam hati aku
sku kan begini memang si bodoh itu
adik!
kalau kau minta bulan yang terang
bilang saja akan aku terbang sekarang
dan akan ku petik bintang itu bersama bulan
menjadikan kerongsang di bajumu
di hari itu
bersama kita berdua sebelum ku katakan nista
yang merenggut hati engkau
kalaulah aku mampu ulang semula hari itu
kadangkala aku fikirkan semua yang kita harung bersama
kadangkala aku merasa tidakkah kau kenal aku siapa?
kalau kau mahu bintang di awan
akan ku ambilkan
kau timangkan
kita hanya berdua
berdua tanpa bunda
maafkan
maafkan
maafkan
maafkan
adinda beta,
maafkan
rantai 2008. teringat achik. sebulan tak bercakap. syukur. sebab sekarang dah okay. kita selalu bertekak, kan, chik? tapi awak takkan dapat kakak yang lebih sayang awak berbanding angah, tau. tongong.
video di sini.
Tuesday, January 20, 2009
anak alam
yang jatuh di lembar lalang
di malam paling beku tahun itu.
dibidankan sinaran bulan
yang terngongoi mendodoi sayang
di keseorangan bayi tak beribu.
angin kencang menjadi perisai
yang melaknat jahat anasir
di jiwa sesiapa yang berniat.
namun ada serigala menyeringai
yang menunggu detik memetir
di kelalaian alam melihat.
Wednesday, January 07, 2009
algojo
patut mati dan dibiarkan tidak bernyawa.
ibu-ibu mereka yang menangis itu juga memang harus mati.
patut mati dan dibiarkan tidak bernyawa.
orang-orang tua yang sudah ganyut memang harus mati.
patut mati dan dibiarkan tidak bernyawa.
arjuna-arjuna yang longlai kelemahan sudah memang harus mati.
patut mati dan dibiarkan tidak bernyawa.
lalu biar tangan aku ini yang mengambil setiapnya,
nyawa-nyawa yang memang harus mati itu,
kalau pun hidup tiada jawab untuk kenapa,
patutkan matinya, sentapkan nyawanya biru.
biar aku jadi algojonya.
biar aku.
gaza, sabar, sayang.
Saturday, January 03, 2009
minum aku
itu aku,
dikalah dek panas bahang pancaran kerling mata itu.
maka minum jiwaku.